Rabu, 05 Januari 2011

Filosofi Manusia Dalam Ilmu Shorof (Tsulatsi Mujarrod) Drs. KH. Achmad Zawawi


Oleh : Ilham Nurdiansyah (aam)

Seperti yang kita ketahui bersama dalam Tsulatsi Mujarrod (ilmu shorof) terdapat dua bina yaitu Shahih dan Mu’tal. Namun dalam tulisan ini, penulis tidak akan menjelaskan sebagaimana mestinya tentang kedua bina tersebut akan tetapi bagai mana kedua bina tersebut ketika diapresiasikan dalam konteks kehidupan umat manusia. Adapun mengenai tulisan ini, penulis sadur berdasarkan apa yang telah dipaparkan oleh seorang Ustadz (Drs. KH. Achmad Zawawi) kepada penulis. Menurutnya juga dalam hal ini, selayaknya umat manusia berpegang teguh pada konsep bina shahih dan menghindari bina mu’tal. Adapun secara rincinya mengenai pemaparan beliau sebagaimana dibawah ini.
  1. الصحيح sebagai bina pertama yang diartikan benar
Bahwasannya ketika menimbang kata benar , yang tersusun dari huruf B E N A R dan mengespresikan- nya dalam perbuatan, misalnya dalam berkata harus benar sesuai dengan fakta yang terjadi, niscaya akan dicap sebagai orang yang shidiq dan mendapatkan kepercayaan dari orang banyak.
Selanjutnya mengenai bina shahih ini terbagi menjadi tiga bentuk yaitu :
  • سلم yang berarti selamat.
Maksudnya, sebagai manusia sudah selayaknya kita menjaga dan menyelamatkan diri dari hal-hal yang buruk dan tercela agar termasuk dalam orang yang selamat dunia dan akhirat.
  • مهموز mengenai hal ini, mahmuz sendiri terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
    • مهموز الفاء yang dicontohkan dalam kata أخذ yang mempunyai arti mengambil.
Dalam hal ini, kita harus mengaktifkan seluruh panca indra kita (khowasul khomsah) dalam mengambil hal-hal yang baik dan bermanfaat untuk mencapai kesempurnaan yang maksimal. Misalnya mata, kita gunakan untuk melihat sesuatu yang bermanfaat dan mengandung ilmu.
  • مهموز العين dicontohkan pada kata سأل yang berarti bertanya.
Dalam kata ini, terdapat sebuah filosofi kehidupan yang tidak kalah penting yaitu selalu mencari hal yang baru untuk maju. Dan selalu bertanya. Karna dengan bertanya, dapat membuka pintu keilmuan dan pengalaman yang lebih besar.
  • مهموز اللام contohnya قرأ yang berarti Membaca.
Adapun filosofi dari  مهموز اللام ini adalah sebagai pelengkap dari bagian sebelumnya yaitu مهموز الفاء dan مهموز العين, yang mana keduanya tidak akan bermakna secara maksimal tanpa adanya  مهموز اللام. Adapun melengkapi kedua makna diatas yakni dengan membaca. Karna dengan membaca tidak hanya memperkuat dalil atau sandaran juga memperluas pengetahuan segala sesuatu.
  • مضعف berarti mengagandakan atau disnisbatkan pada kata memperuntungkan, yang jelasnya adalah keuntungan.
Adapun makna filosofinya adalah bagi siapa saja yang ingin mendapatkan keuntungan, selayaknya ia menjalankan semua filosofi yang terkandung dalam bina shahih ini. Maka insyaallah perjalanan hidupnya akan penuh warna dan keridhan Allah swt.  

2. Bina yang kedua adalah معتل
Yang mana secara kebahasaan arti dari mu’tal adalah I’llah atau alasan yang dimaksudkan pada pembelaan diri dari syariat ataupun norma yang berlaku. Oleh karena itu janganlah sekali-kali mencari ataupun berhadapan dengan mu’tal ini, karna dapat membahayakan diri pada akhirnya kelak. Adapun huruf mu’tal yang semestinya dijauhi terdiri dari tiga huruf ( أ .. ي dan و ) yang terkumpul dalam kata Ayu. Sedangkan filosofi dari kata ayu sendiri adalah sesosok wanita yang menggoda dan selalu mengganggu kaum Adam yang hendak menuju jalan Allah. Oleh karena hindarilah ayu tersebut.
Sedangkan bina mu’tal sendiri terbagi menjadi 4 bagian yaitu :
  • Pertama مثال (mitsal) yang dicontohkan pada kata وعد yang memiliki arti berjanji.
Adapun filosofinya ditinjau dari mayoritas umat manusia yang acapkali berjanji dengan ucapan yang manis akan tetapi mengingkarinya (berkhianat). Oleh karena itu tepatilah janji yang telah diikrarkan baik pada diri sendiri, orang lain dan terlebih lagi pada Allah swt, niscaya termasuk golongan orang yang slaim.
  • Kedua اجواف (ajwaf) yang diaplikasikan dalam contoh قال yang berarti berkata.
Sedangkan filosofi yang terkandung dalam ajwaf yang diwakili kata قال ini adalah manusia yang banyak bicara dan tidak menyadari bahwasannya lidah yang tak bertulang itu adalah sebuah senjata yang mematikan baik bagi dri sendiri maupun orang lain. Disamping itu, mereka yang banyak bicara, ucapannya identik dengan sebuah pribahasa tong kosong nyaring bunyinya atau tidak sesuai dengan fakta yang ada. Oleh karena itu wahai para ikhwah! Jagalah lisan kalian dari perkataan dusta dan tiada bermakna baik pada diri sendiri maupun orang lain.
  • Yang ketiga ناقص (naqis) yang dicontohkan pada kata جرى yang berarti lari.
Sedangkan filosofi yang terkandung di dalamnya adalah mereka yang pengecut lari dari kenyataan hidup serta tidak berani bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya.
Apabila dikaitkan dengan bagian yang pertama dan kedua (naqis dan ajwaf), maka dapat disimpulkan bahwa kebanyakan dari manusia ketika berjanji lalu mengingkarinya dikarenakan perasaan takut ataupun malu, kemudian ia membuat pernyataan yang palsu dan ketika semua orang dari pada kedustaannya, ia lari meninggalkan semuanya. Padahal itu adalah akibat kesalahannya sendiri.
  • Sedangakan yang terakhir yaitu لفيف yang dikontekkan pada bahasa Indonesia yaitu melipat.
Adapun filosofinya bagi siapa saja yang perjalanan hidupnya identik dengan bina mu’tal ini, harus dilipat-lipat dan dikubur rapat-rapat dalam sumur yang dalam dan digalih lagi sedalam-dalamnya.